Sabtu, 31 Januari 2015

KERAPATAN DAN BOBOT JENIS



Bobot jenis adalah rasio bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Bobot jenis menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap bobot suatu zat baku misalnya air yang merupakan zat baku untuk sebagian besar perhitungan dalm farmasi dan dinyatakan memiliki bobot jenis 1,00 sebagai perbandingan  bobot jenis gliserin adalah 1,25 artinya bobot gliserin 1,25 kali bobot volume air yang setara dan bobot jenis alkohol adalah 0,81 artinya bobot alkohol 0,81 kali bobot volume air yang setara. Bobot jenis suatu zat dapat dihitung dengan mengetahui bobt dan volumenya, melalui persamaan BJ (Ansel. H. C, 2004).
            Berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi yang dapat di ubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat jenis di definisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, hanya kedua zat itu di tentukan pada temperatur yang sama jika tidak dengan cara lain yang khusus (Martin, 1990).
            Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu. Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitif, dengan demikian dapat digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat (Martin, 1990).
            Kerapatan adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya 1ml raksa berbobot 13,6g, dengan demikian kerapatannya adalah 13,6gr/ml. Jika kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan bilangan abstrak (Ansel. H. C, 2004).
            Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunujukkan ukuran dan bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gaya. Gaya yang mempengaruhi sifat karakteristik “pemadatan”. Dalam sistem matriks kerapatan diukur dengan gr/ml (untuk cairan atau gr/cm) (Martin, 1993).
            Metode untuk penentuan cairan terdiri atas:
1.      Metode piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30ml.
2.      Metode neraca hidrostatis. Metode ini berdasarkan hukum archimedes yaitu suatu benda yang dicelupkan kedalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume cairan yang terdesak.
3.      Metode neraca mohr-westphal. Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan yang ditorehkan menjadi 10 bagian dan disetimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan penentuan kerapatan dengan metode neraca mohr-westphal adalah penggunaan waktu yang singkat dan mudah dilaksanakan. (Voigt, 1994).
Kerapatan partikel yang efektif adalah volume dilihat oleh fluida bergerak melewati partikel. Itu sangat penting dalam proses seperti sedimetasi atau fluidization tetapi jarang digunakan dalam bentuk sediaan padat (Gibson, 2004).
Terdapat 3 tipe kerapatan, antara lain :
1.      Kerapatan sebenarnya dari bahan itu sendiri, tidek termasuk rongga-rongga dan pori-pori di dalam partikel yang lebih besar dari dimensi molekuler atau dimensi atomis dalam kisi-kisi kristal.
2.      Kerapatan granul, seperti ditentukan oleh perpindahan tempat dari air raksa, yang tidak mempenetrasi pada tekanan biasa kedalam pori-pori yang lebih kecil, sekitar 10 milimikron.
3.      Kerapatn bulk, seperti ditentukan dari volume bulk dan berat suatu serbuk kering dalam sebuah gelas ukur. (Gibson, 2004).
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu:
1.      Bobot jenis sejati
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan tertutup.
2.      Bobot jenis nyata
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori atau lubang terbuka, tetapi termasuk pori tertutup.
3.      Bobot jenis efektif
Massa partikel dibagi volume partikel termasuk rongga yang terbuka dan tertutup. Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksaan konsentrasi dan kemurnian senyawa aktif, senyaa bantu dan sediaan farmasi. (Lachman, 1994).
Tipe-tipe ruang udara atau rongga dapat dibedakan :
1.      Rongga intrapartikel yang terbuka rongga-rongga yang terdapat di dalam partikel tunggal tetapi terbuka pada lingkungan luar.
2.      Rongga intrapsrtikel tertutup, rongga-rongga yang terdapat didalam partikel tunggal, tetapi tertutup dari lingkungan luar.
3.      Rongga antar partikel, ruang-ruang udara antara dua partikel individu. (Lachman, 1986)

Uraian bahan :
1.      Aquadest (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi                 : aqua destilata
Nama lain                    : air suling
Rumus struktur           : H-O-H
RM/BM/BJ                 : H2O / 18,2 / 1,00
Pemerian                     : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Penyimpanan               : dalam wadah tertutup baik
Pengguanaan               : sebagai pelarut
2.      Aseton (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi                 : aceton
Nama lain                    : aseton
Rumus molekul           : (CH3)2CO
BJ                                : 0,790-0,792 gr/ml
Pemerian                     : cairan jernih, tidak berwarna, mudah menguap, bau khas, mudah terbakar, dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%)P, dan dengan kloroform P membentuk larutan jernih
3.      Kloroform (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi                 : chlorofornum
Nama lain                    : klorofrom
BM/RM                       : 119,38 / CHCl3
Pemerian                     : cairan mudah menguap, tidak berwarna, bau khas, rasa manis, dan membakar
Kelarautan                   : larut dalam lebih kurang 200 bagian air, mudah larut dalam air mutlak P, dalam eter P, dalam sebagian besar pelarut organik, dalam minyak atsiri dan dalam minyak lemak
Khasiat                        : anastetikum umum, pengawet, zat tambahan
4.      Parafin padat (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi                 : parafinum solidum
Nama lain                    : parafin padat
Pemerian                     : padat, sering menunjukan susunan hablur, agak licin, tidak berwarna atau putih, tidak berasa, terbakar dengan nyala terang. Jika dileburkan menghasilkan cairan yang tidak berfluoresensi
Kelarutan                    : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform P
Suhu lebur                   : 50-57° C
Khasiat                        : zat tambahan

I.                   ALAT DAN BAHAN
1.      ALAT
a.       Timbangan listrik (1)
b.      Piknometer (2)
c.       Termometer (2)
d.      Baskom (2)
e.       Tissue
f.       Nampan (1)
2.      BAHAN
a.       Aquadest
b.      Aseton
c.       Kloroform
d.      Parafin padat
e.       Es batu













II.                CARA KERJA
1.      Menentukan Volume Piknometer
2.      Menentukan Kerapatan Cair


3.      Menentukan Kerapatan Zat Padat


VI.             DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI : Jakarta
C.Ansel,H. dkk,2004. KALKULASI FARMASETIKA paduan untuk apoteker. EGC : Jakarta
Gibson, M. 2004. Pharmaceutical preformulation and formulation. CRC press : USA.
Lachman,L. 1986. Teori dan Praktek Farmasi Industri.  UI : Jakarta
Lachman,L., dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri ii Edisi III. UI : Jakarta
Martin, Alfred. 1990. Farmasi Fisika 1. UI : Jakarta
Martin, A. 1993. Farmasi Fisika Bagian Larutan dan Sistem Dipersi. UGM : Yogyakarta
Voigt, Rudolf. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi ke-5. UGM : Yogyakarta


0 komentar: