Bobot
jenis adalah rasio bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan
dinyatakan dalam desimal. Bobot jenis menggambarkan hubungan antara bobot suatu
zat terhadap bobot suatu zat baku misalnya air yang merupakan zat baku untuk
sebagian besar perhitungan dalm farmasi dan dinyatakan memiliki bobot jenis
1,00 sebagai perbandingan bobot jenis
gliserin adalah 1,25 artinya bobot gliserin 1,25 kali bobot volume air yang
setara dan bobot jenis alkohol adalah 0,81 artinya bobot alkohol 0,81 kali
bobot volume air yang setara. Bobot jenis suatu zat dapat dihitung dengan
mengetahui bobt dan volumenya, melalui persamaan BJ (Ansel. H. C, 2004).
Berat jenis adalah bilangan murni
tanpa dimensi yang dapat di ubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang
cocok. Berat jenis di definisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat
terhadap kerapatan air, hanya kedua zat itu di tentukan pada temperatur yang
sama jika tidak dengan cara lain yang khusus (Martin, 1990).
Kerapatan adalah massa per unit volume
suatu zat pada temperatur tertentu. Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika
yang paling sederhana dan sekaligus merupakan salah satu sifat fisika yang
paling definitif, dengan demikian dapat digunakan untuk menentukan kemurnian
suatu zat (Martin,
1990).
Kerapatan adalah massa per satuan
volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya 1ml raksa berbobot 13,6g,
dengan demikian kerapatannya adalah 13,6gr/ml. Jika kerapatan dinyatakan
sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan bilangan abstrak
(Ansel. H. C, 2004).
Hubungan antara massa dan volume
tidak hanya menunujukkan ukuran dan bobot molekul suatu komponen, tetapi juga
gaya. Gaya yang mempengaruhi sifat karakteristik “pemadatan”. Dalam sistem
matriks kerapatan diukur dengan gr/ml (untuk cairan atau gr/cm) (Martin, 1993).
Metode untuk penentuan cairan
terdiri atas:
1. Metode
piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan
penentuan ruang yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk
menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan
bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume
piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30ml.
2. Metode
neraca hidrostatis. Metode ini berdasarkan hukum archimedes yaitu suatu benda
yang dicelupkan kedalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume
cairan yang terdesak.
3. Metode
neraca mohr-westphal. Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok
timbangan yang ditorehkan menjadi 10 bagian dan disetimbangkan dengan bobot
lawan. Keuntungan penentuan kerapatan dengan metode neraca mohr-westphal adalah
penggunaan waktu yang singkat dan mudah dilaksanakan. (Voigt, 1994).
Kerapatan partikel yang efektif adalah
volume dilihat oleh fluida bergerak melewati partikel. Itu sangat penting dalam
proses seperti sedimetasi atau fluidization tetapi jarang digunakan dalam
bentuk sediaan padat (Gibson,
2004).
Terdapat 3 tipe
kerapatan, antara lain :
1. Kerapatan
sebenarnya dari bahan itu sendiri, tidek termasuk rongga-rongga dan pori-pori
di dalam partikel yang lebih besar dari dimensi molekuler atau dimensi atomis
dalam kisi-kisi kristal.
2. Kerapatan
granul, seperti ditentukan oleh perpindahan tempat dari air raksa, yang tidak
mempenetrasi pada tekanan biasa kedalam pori-pori yang lebih kecil, sekitar 10 milimikron.
3. Kerapatn
bulk, seperti ditentukan dari volume bulk dan berat suatu serbuk kering dalam
sebuah gelas ukur. (Gibson, 2004).
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk
menentukan 3 macam bobot jenis yaitu:
1. Bobot
jenis sejati
Massa partikel dibagi volume partikel
tidak termasuk rongga yang terbuka dan tertutup.
2. Bobot
jenis nyata
Massa partikel dibagi volume partikel
tidak termasuk pori atau lubang terbuka, tetapi termasuk pori tertutup.
3. Bobot
jenis efektif
Massa partikel dibagi
volume partikel termasuk rongga yang terbuka dan tertutup. Seperti titik lebur,
titik didih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif merupakan
besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksaan konsentrasi
dan kemurnian senyawa aktif, senyaa bantu dan sediaan farmasi. (Lachman, 1994).
Tipe-tipe
ruang udara atau rongga dapat dibedakan :
1. Rongga
intrapartikel yang terbuka rongga-rongga yang terdapat di dalam partikel
tunggal tetapi terbuka pada lingkungan luar.
2. Rongga
intrapsrtikel tertutup, rongga-rongga yang terdapat didalam partikel tunggal,
tetapi tertutup dari lingkungan luar.
3. Rongga
antar partikel, ruang-ruang udara antara dua partikel individu. (Lachman, 1986)
Uraian
bahan :
1. Aquadest
(Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : aqua destilata
Nama lain : air suling
Rumus struktur : H-O-H
RM/BM/BJ : H2O / 18,2 / 1,00
Pemerian : cairan jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Pengguanaan : sebagai pelarut
2. Aseton
(Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : aceton
Nama lain : aseton
Rumus molekul : (CH3)2CO
BJ : 0,790-0,792 gr/ml
Pemerian : cairan jernih, tidak
berwarna, mudah menguap, bau khas, mudah terbakar, dapat bercampur dengan air,
dengan etanol (95%)P, dan dengan kloroform P membentuk larutan jernih
3. Kloroform
(Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : chlorofornum
Nama lain : klorofrom
BM/RM : 119,38 / CHCl3
Pemerian : cairan mudah menguap,
tidak berwarna, bau khas, rasa manis, dan membakar
Kelarautan : larut dalam lebih kurang
200 bagian air, mudah larut dalam air mutlak P, dalam eter P, dalam sebagian
besar pelarut organik, dalam minyak atsiri dan dalam minyak lemak
Khasiat : anastetikum umum,
pengawet, zat tambahan
4. Parafin
padat (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : parafinum solidum
Nama lain : parafin padat
Pemerian : padat, sering menunjukan
susunan hablur, agak licin, tidak berwarna atau putih, tidak berasa, terbakar
dengan nyala terang. Jika dileburkan menghasilkan cairan yang tidak
berfluoresensi
Kelarutan : praktis tidak larut dalam
air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform P
Suhu lebur : 50-57°
C
Khasiat : zat tambahan
I.
ALAT
DAN BAHAN
1. ALAT
a. Timbangan
listrik (1)
b. Piknometer (2)
c. Termometer (2)
d. Baskom (2)
e. Tissue
f. Nampan (1)
2. BAHAN
a. Aquadest
b. Aseton
c. Kloroform
d. Parafin
padat
e. Es
batu
II.
CARA
KERJA
1. Menentukan
Volume Piknometer

2. Menentukan
Kerapatan Cair

3. Menentukan
Kerapatan Zat Padat

VI.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.
Departemen Kesehatan RI : Jakarta
C.Ansel,H. dkk,2004. KALKULASI FARMASETIKA paduan untuk apoteker.
EGC : Jakarta
Gibson, M. 2004. Pharmaceutical preformulation and
formulation. CRC press : USA.
Lachman,L. 1986. Teori dan Praktek Farmasi Industri. UI : Jakarta
Lachman,L., dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri ii Edisi
III. UI : Jakarta
Martin, Alfred. 1990. Farmasi Fisika 1. UI : Jakarta
Martin, A. 1993. Farmasi Fisika Bagian Larutan dan Sistem
Dipersi. UGM : Yogyakarta
Voigt, Rudolf. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi ke-5.
UGM : Yogyakarta
0 komentar:
Posting Komentar