KELADI
TIKUS
A.PENGERTIAN
Tanaman
keladi tikus bernama Latin Typhonium
Flagelliforme (Lodd) BL, nama ilmiah lainnya adalah Typhonium Divaricatum (L) Decne. Termasuk ke dalam famili tumbuhan Araceae.
Tanaman
sejenis talas yang setinggi 25-30 sentimeter ini, termasuk tumbuhan semak,
menyukai tempat yang lembap yang tidak terkena matahari langsung. Tanaman
berbatang basah ini biasanya tumbuh di tempat terbuka pada ketinggian 1.000
meter di atas permukaan laut.
Akarnya
berwarna putih yang akan membesar membentuk umbi yang berbentuk bulat sebesar
pala. Untuk tanaman dewasa yang siap digunakan diameter umbi adalah 1-2 sentimeter.
Tanaman
keladi tikus yang baru tumbuh, daun biasanya berbentuk bulat sedikit lonjong.
Daun-daun berikutnya mulai merucing seperti daun talas. Keladi tikus yang sudah tua daunnya
hijau halus berujung runcing menyerupai anak panah. Bunganya berwarna putih
kekuningan dan kelopaknya menyerupai ekor tikus.
Tanaman
ini dikenal dengan nama-nama daerah, seperti bira kecil, daun panta susu,
kalamoyang, ileus, ki babi, talas kuning, dan trenggiling mentik. Nama asingnya
rodent tuber.
B. SIFAT KIMIA
Tumbuhan
ini kandungan kimianya belum banyak diketahui atau tidak dipublikasikan.
C. EFEK FARMAKOLOGIS
Hasil
penelitian dari berbagai lembaga penelitian dan perguruan tinggi di Malaysia
dan beberapa negara menunjukan bahwa sari tanaman (jus) ini dapat menghancurkan
sel kanker. Menghilangkan efek buruk kemoterapi, bersifat antivirus, dan
antibakteri.
Berdasarkan
penelitian bahwa ekstrak tanaman keladi tikus dan campuran bahan alami lainnya
membantu detoksifikasi jaringan darah. Ramuan ini akan semakin baik bila
diberikan bersama-sama dengan bahan herba lain, seperti sambiloto, temu putih,
dan rumput mutiara. Ramuan ini mengandung ribosome
inacting protein (RIP), zat antioksidan dan zat antikurmin. Kombinasi
ketiga zat dalam campuran ramuan tersebut memproduksi mediator yang
menstimulasi penguatan sel dalam sistem kekebalan tubuh untuk memberantas sel
kanker.
D. BAGIAN TANAMAN YANG DIGUNAKAN
Efek
farmakologi ini diperoleh dari penggunaan umbi dan seluruh tanaman, dari daun
sampai akar. Terbaik digunakan dalam keadaan segar, baik dalam bentuk jus (sari
tanaman) maupun langsung sesudah diolah.
E. PANASEA DAN CARA PENGGUNAAN
1. Koreng
Umbi
keladi tikus secukupnya ditumbuk halus, lalu tempelkan ke tempat yang sakit.
2. Frambusia
Umbi
keladi tikus secukupnya di tumbuk halus, lalu tempelkan ke tempat yang sakit.
3. Kanker Payudara, Kanker Paru-paru, Kanker Usus
Besar, Kanker Rektum, Kanker Tenggorokan, Kanker Tulang, Kanker Otak, Kanker
Limpa, Kanker Leukimia, Kanker Empedu, dan Kanker Pankreas
Tanaman kedai tikus yang lengkap
sebanyak 3 batang atau sekitar 50 gram, direndam selama setengah jam, lalu
dicuci bersih dan ditumbuk halus. Kemudian peras dengan kain, dan tambahkan
setengah sendok madu ke air perasan. Air perasan harus segera diminu. Diminum 3
kali sehari, dan tidak boleh disimpan untuk diminum selanjutnya.
4. Menetralisasi Racun Narkoba
Umbi keladi tikus sebesar ujung jari
dicuci bersih dengan air matang, dikeprek dan ditelan. Lakukan beberapa kali
sehari. (Cara penggunaan ini berdasarkan informasi lisan dari seorang pemakai).
F. CATATAN
1. Wanita hamil dilarang menggunakan
obat ini.
2. Tanaman keladi tikus ditumbuk bukan
diblender.
3. Jika tangan menjadi gatal, cuci
dengan air gula.
4. Waktu menumbuk, hati-hati jangan kena
mata.
5. Air sari keladi tikus harus diminum
segar, tidak boleh disimpan.
6. Tanaman keladi tikus mudah busuk jika basah, jadi
harus disimpan di kulkas. Cara menyimpan yaitu 3 tanaman digulung dengan
kertas, masukkan ke dalam plastik, barulah disimpan di kulkas.
7. Minum keladi tikus waktu perut
kosong, sekurang-kurangnya 1 jam sebelum makan.
8. Sesudah operasi tidak boleh langsung
minum keladi tikus, tunggu 2 minggu.
9. Dua hari pertama minum akan mual,
sedikit diare, kotoran jadi hitam, dan lesu.
10.Kadang-kadang pasien muntah atau mual sesudah
lama minum keladi tikus. Maka hentikan dulu sampai gejala hilang dan minum
lagi, atau kurangi dosisnya.
G. KELADI TIKUS TERUJI ANTI LEUKIMIA
Dr Christiani Tumilisar
MS dari Jurusan Biologi Universitas Negeri Jakarta membuktikan keampuhan keladi
tikus mengatasi proliferasi atau pertumbuhan sel kanker. Dalam uji praklinis
itu Christiani menggunakan sel kanker K-562 atau kanker darah putih alias
leukemia. Bagian tanaman yang digunakan adalah umbi dan daun keladi tikus.
Mula-mula Christiani
mencuci bersih daun dan umbi Typhonium flagelliforme. Ia memperoleh daun dan
umbi dari tanaman yang dibudidayakan sendiri secara organik di Jelambar,
Jakarta Barat. Umur tanaman 4 bulan. Setelah bersih, barulah Christiani
mengeringanginkan bahan selama sepekan. Tujuan pengeringanginan agar kandungan
air dalam daun dan umbi berkurang sehingga proses ekstraksi sempurna.
Doktor Biologi itu
memblender keduanya secara terpisah. Ia mengekstraksi masing-masing 25 gram
daun dan umbi dengan 200 ml etanol berkadar 96%. Uji fitokimia pada hasil
ekstraksi itu bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa dalam keladi tikus.
Hasilnya pada daun terbentuk warna kuning yang berarti mengandung kuinon, hijau
(steroid), dan merah (triterpenoid). Sementara umbi mengandung selain steroid,
triterpenoid, dan saponin. Untuk menghilangkan etanol digunakan evaporator
vakum pada suhu 600C sampai pelarut tak lagi menetes.
Leukemia yang dalam
bahasa Yunani berarti darah putih merupakan salah satu tipe kanker yang
menyerang sel darah putih. Menurut dr Zen Djaja di Malang, Jawa Timur,
pembelahan leukosit alias sel darah putih yang tak terkendali menjadi pertanda leukemia.
Dampaknya kadar hemoglobin alias sel darah merah anjlok di bawah kisaran
normal, 10-12 mg/dl.
Padahal, sel darah
merah ibarat gerbong kereta yang mengangkut karbondioksida dari sekujur tubuh
ke paru-paru untuk dibersihkan. Darah merah mengangkut pula okisgen ke seluruh
bagian tubuh. Bila pasokan oksigen berkurang, penderita leukemia merasa lemah,
sulit bernapas, denyut jantung meningkat, dan pucat.
Sel darah putih yang
tidak terkendali itu menjadi sel abnormal, tidak berfungsi, dan kemudian menjadi
sel kanker. Menurut dr Henry Naland Sp.B Onk, dokter spesialis bedah onkologi
di Jakarta, onkogen alias gen pembawa kanker di kromosom sel terdapat di hampir
semua manusia. Kekebalan tubuh yang prima menjadi benteng untuk mencegah
timbulnya kanker.
Namun, adanya zat
karsinogen ‘membangunkan’ sel kanker yang tertidur menjadi sel ganas.
Faktor-faktor pemicu timbulnya kanker antara lain makanan berkadar lemak
tinggi, rokok, stres, keletihan fisik, pencemaran lingkungan, dan faktor
keturunan. Prevalensi leukemia mencapai 1-2 orang per 100.000 penduduk. Henry
mengatakan jika penderita leukemia tidak segera diobati, sebulan pascadiagnosis
meninggal dunia.
Melalui riset in vitro,
Christiani membuktikan bahwa pemberian ekstrak daun dan umbi keladitikus
menghambat pertumbuhan sel kanker. Sebanyak 0,0001416 gram ekstrak daun
keladitikus/ml darah menghambat 48,83% sel kanker. Semakin tinggi ekstrak daun
diberikan, semakin tinggi kemampuan menghambat pertumbuhan sel kanker. Namun,
pada dosis tertentu kemampuan penghambatan ekstrak daun justru menurun. Pada
umbi semakin tinggi konsentrasi, kian tinggi pula kemampuan menghambat
pertumbuhan sel kanker.
Menurut Christiani,
kemampuan ekstrak daun menghambat mengganasnya sang kanker karena kandungan
senyawa golongan steroid, kuinon, dan triterpenoid. “Steroid dan triterpenoid
berefek antiinflamasi, analgesik, dan sitotoksik,” tutur doktor alumnus
Institut Pertanian Bogor itu. Senyawa itu juga mempunyai aktivitas antibakteri
dan antivirus.
Triterpenoid bekerja
dengan menghambat kerja enzim DNA topoisomerasie. Enzim itu berperan dalam
proses replikasi dan proliferasi sel kanker. Terhentinya enzim itu bekerja
membuat proses dalam sel terhenti dan menyebabkan kematian sel kanker. Lina
Mardiana, herbalis di Yogyakarta, dan Maria Andjarwati, herbalis di Jakarta,
mengatakan daun dan umbi keladitikus selama ini telah dimanfaatkan sebagai
pengobatan kanker, termasuk kanker darah. Hasil riset Christiani meneguhkan
bahwa keladitikus antikanker leukemia.
H. KELADI TIKUS SEBAGAI IMMUNOMODULATOR
Hasil penelitian di
Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi UGM oleh Arief
Nurrochmad, M.Si, M.Sc., Apt., Ph.D dan koleganya menunjukkan bahwa ekstrak
etanolik keladi tikus memiliki efek sitotoksik terhadap sel T47D. Penelitian
lanjutan juga dilakukan terhadap efek immunomodulatornya akibat penggunaan obat
kemoterapi cyclophosphamide (CPA) pada tikus. Di dalam sistem imunologi
limfosit diketahui memiliki kemampuan untuk membedakan benda asing dari
jaringannya sendiri, karena memiliki reseptor di permukaan sel, Toll Receptor
Cell (TCR). Sedangkan limfosit T (Sel T) berfungsi membantu sel B dalam
memproduksi antibodi, mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi,
mengaktifkan makrofag dalam fagositosis dan mengontrol ambang dan kualitas
sistem imun. Hasil pemberian ekstrak keladi tikus terbukti meningkatkan kembali
tingkat proliferasi limfosit akibat pemberian CPA. Selanjutnya pada penelitian
ini juga diteliti efek keladi tikus terhadap aktivitas makrofag. Makrofag
merupakan salah satu efektor yang berperanan untuk mengeliminasi parasit
melalui mekanisme fagositosis pada sistem imun tak spesifik. Aktivitas makrofag
dapat ditingkatkan dengan agen imunostimulansia, baik berupa vaksin maupun
senyawa kimia termasuk senyawa dari bahan alam. Pemberian keladi tikus,
terbukti secara bermakna meningkatkan jumlah dan aktivitas makrofag dalam
memfagositosis lateks. Kami juga meneliti efek imunomodulator keladi tikus
terhadap profil CD8. Terbukti keladi tikus juga secara bermakna mampu
meningkatkan kembali persen CD8 relatif pada tikus-terinduksi CPA. Hasil
penelitian pada sitokin menunjukkan bahwa pemberian CPA juga menekan secara
signifikan terhadap level TNF-α dan IL-1α dan tidak untuk IL-10.
Secara keseluruhan
hasil penelitian kami menunjukkan bahwa efek imunosupresan yang diinduksi oleg
CPA dapat secara efektif dikurangi dengan pemberian keladi tikus. Efek
immunomodulator ini, paling tidak melalui mekanisme rekutment sel T dan sitokin
atau meningkatkan aktivitasnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
ekstrak KT memiliki efek imunomodulator terhadap CPA yang sekaligus dapat
mengurangi efek samping kemoterapi sehingga dapat digunakan sebagai agen
pendamping kemoterapi pada pendeita kanker.
I. UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL UMBI KELADI TIKUS TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA
Uji Aktivitas Ekstrak
Etanol 50 % Umbi Keladi Tikus (Thyphonium flagelliforme (Lood) BI) terhadap Sel
Kanker Payudara (MCF -7 Cell line) secara In Vitro Puslitbang Biomedis dan
Farmasi, Badan Litbang Kesehatan
Kanker payudara merupakan
jenis kanker kedua terbanyak pada wanita di seluruh dunia, dan di Indonesia
kanker payudara paling sering ditemukan setelah kanker mulut rahim. Penelitian
di Jakarta Breast Center pada bulan April 2001 sampai dengan 2003 menunjukkan
bahwa dari 2834 orang yang memeriksakan benjolan di payudaranya 364 orang (13%)
terdiagnosa kanker payudara. Penyebab langsung terjadinya kanker payudara belum
dapat dibuktikan. Pengobatan kanker seperti pemberian obat antikanker dan
operasi sangat mahal. Selain itu tidak jarang pasien tidak berhasil lepas dari
cengkeraman kanker meskipun sudah melakukan berbagai usaha pengobatan medis.
Biasanya ditengah keputuaasaan muncul secercah harapan baru, yakni beralih
kepengobatan tradisional.
Umbi keladi tikus
(Thyphonium flagelliforme (Lood) BI) merupakan salah satu tanaman yang
digunakan untuk mengobati penyakit kanker karena dalam tumbuhan ini mengandung
alkaloid, triterpenoid dan lignan (polyfenol) dan secara empiris dapat
digunakan untuk mengobati kanker terutama kanker payudara. Dalam rangka
pencarian obat baru, maka dilakukan pengujian bioassay secara in-vitro dengan
menggunakan sel kanker yang dibiakkan dalam kultur jaringan. Adapun sel kanker
payudara yang digunakan adalah sel MCF-7 dan sel Hela.
Untuk mengetahui efektivitas
umbi keladi tikus terhadap sel MCF-7, umbi Keladi tikus segar diekstraksi
secara maserasi menggunakan pelarut etanol 50 %. Ekstrak kasar yang dihasilkan
ditimbang sebanyak 20 mg dan dilarutkan dalam 1 ml DMSO. Sel MCF 7 yang telah
dikultur kemudian diencerkan dengan medium DMEM dan dimasukkan kedalam
masing-masing well sebanyak 100 ul, kemudian ditambah sampel uji ke dalam
masing-masing well sebanyak 100 ul dengan konsentrasi 50, 75, 100, 125, dan 150
ug/ml. Sampel uji dalam medium DMEM diinkubasikan selama 24 jam di dalam
inkubator CO2 pada suhu 370C dan setelah 24 jam baru diamati. Penelitian ini
menggunakan 5 konsentrasi dengan 3 pengulangan menggunakan DSMO sebagai kontrol
negatif.
Hasil uji statistik
menggunakan regresi linier menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara
prosentase kematian sel MCF 7 dengan konsentrasi ekstrak umbi keladi tikus
karena koefisien korelasi yang didapat sekitar 0,993. Ekstrak etanol 50 % umbi
keladi tikus pada konsentrasi 89,15 ug/nl dapat menghambat 50 % proliferasi sel
MCF 7 (IC90).
J. CONTOH GAMBAR KELADI TIKUS


K. CONTOH PRODUK KELADI TIKUS
Selayang Pandang Kapsul Ekstrak Keladi Tikus
"Keladikaps" (Kanker, Tumor)
Nama Produk
|
![]() |
Kode Produk
|
252
|
Kategori
|
Keladi Tikus
|
Berat dengan packing
|
0,08 kg
|
Harga
|
Rp 47.500
|
Info Detail
Volume (isi)
|
60 Kapsul
|
Izin Depkes RI
|
POM TR 103 310 201
|
Produsen/Merk
|
UD. RAHMASARI distributed by TAZAKKA
|
Deskripsi Selayang Pandang Kapsul Ekstrak Keladi Tikus
"Keladikaps" (Kanker, Tumor)
Tumbuhan keladi tikus mempunyai nama latin Typhonium
flagelliforme (Lodd). Termasuk yang punya nama asing rudent tuber ini,
telah digunakan oleh penduduk negeri tetangga kita, Malaysia, sebagai obat
penyakit kanker. Hasil penelitian dari berbagai lembaga dan perguruan tinggi di
Malaysia dan beberapa negara menunjukkan bahwa sari tanaman (juice) ini dapat
menghancurkan sel kanker. Secara umum hasil penelitian menunjukkan efek
membunuh/menghambat pertumbuhan sel kanker, menghilangkan efek buruk
khemoterapi dan bersifat anti virus dan anti bakteri.
Kandungan kimiawi tanaman ini belum banyak
diketahui atau belum dipublikasikan. Namun berdasarkan literatur yang mencatat
hasil penelitian dan pengalaman secara turun temurun dari berbagai negara dan
daerah, tanaman ini dapat menyembuhkan penyakit kanker payudara, paru-paru,
usus besar, rectum, lever, prostat, ginjal, leher rahim, tenggorokan, tulang,
otak, limpa, leukimia, empedu dan pankreas. Dan berdasarkan informasi pengalaman
dari pemakai, herbal ini bisa digunakan untuk menetralisir racun narkoba.
Komposisi:
Tiap Kapsul mengandung ekstrak yang setara dengan 1.5 gram simplisia Typhonium flagelliforme Rhizoma (umbi keladi tikus)
Tiap Kapsul mengandung ekstrak yang setara dengan 1.5 gram simplisia Typhonium flagelliforme Rhizoma (umbi keladi tikus)
Khasiat : Secara tradisional
digunakan pada penderita kanker
Aturan Pakai
: Diminum 2 x sehari
pagi dan sore hari 2 kapsul
Notes:
·
Wanita hamil dilarang minum obat ini.
- Setelah operasi tidak boleh langsung minum keladi tikus, tunggu 2 minggu.
- Dua hari pertama setelah minum mungkin akan mual, sedikti diare, kotoran hitam, dan lesu. Kadang-kadang muntah atau mual sesudah lama minum keladi tikus, hentikan dulu atau kurangi.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Cancer, Yet They Livel, Prof.
Chris K. H. Teo & Ch'ng Beng Im-Teo, Cancer Care, Malaysia, 1999.
2.
Naskah printing internet dari Maretty
Judyana (NMP/Jakarta) kepada Sunaryo Sonny (NMP/Jakarta) Dkk, tanggal 12 Juli
2000.
3.
Medicinal Herb in Indonesia, PT. Eisi
Indonesia, Jakarta 1995, Nomer Tanaman 2151.
4.
Trubus-Online
5.
Choo CY, Chan KL, Sam TW, Hitotsuyanagi
Y, and Takeya K, 2001, The cytotoxicity and chemical constituents of the hexane
fraction of Typonium flagelliforme (Araceae). J Ethnopharmacol 77: 129-131.
6.
Lai CS, Mas RH, Nair NK, Majid MI,
Mansor SM, and Navaratnam V, 2008, Typonium flagelliforme inhibits cancer cell
growth in vitro and induced apoptosis: an evaluation by the bioactivity guided
approach. J. Ethnopharmacol. 118: 14-20.
7.
Lai CS, Mas RH, Nair NK, Mansor SM, and
Navaratnam V, 2010, Chemical constituents and in vitro anti cancer activity of
Thyponium flagelliformae (Araceae). J Ethnopharmacol 127: 486-494.
8.
Nurrochmad A, Lukitaningsih E, and
Meiyanto E, 2011, Anti cancer activity of rodent tuber (Thyphonium
flagelliforme (lodd.) Blume on human breast cancer T47D cells. Int J Phytomedicine
3: 138-146.
9.
resep.web.id
0 komentar:
Posting Komentar