Kamis, 19 Maret 2015

MAKALAH KELADI TIKUS



KELADI TIKUS

A.PENGERTIAN
            Tanaman keladi tikus bernama Latin Typhonium Flagelliforme (Lodd) BL, nama ilmiah lainnya adalah Typhonium Divaricatum (L) Decne. Termasuk ke dalam famili tumbuhan Araceae.
            Tanaman sejenis talas yang setinggi 25-30 sentimeter ini, termasuk tumbuhan semak, menyukai tempat yang lembap yang tidak terkena matahari langsung. Tanaman berbatang basah ini biasanya tumbuh di tempat terbuka pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut.
            Akarnya berwarna putih yang akan membesar membentuk umbi yang berbentuk bulat sebesar pala. Untuk tanaman dewasa yang siap digunakan diameter  umbi adalah 1-2 sentimeter.
            Tanaman keladi tikus yang baru tumbuh, daun biasanya berbentuk bulat sedikit lonjong. Daun-daun berikutnya mulai merucing seperti daun  talas. Keladi tikus yang sudah tua daunnya hijau halus berujung runcing menyerupai anak panah. Bunganya berwarna putih kekuningan dan kelopaknya menyerupai ekor tikus.
            Tanaman ini dikenal dengan nama-nama daerah, seperti bira kecil, daun panta susu, kalamoyang, ileus, ki babi, talas kuning, dan trenggiling mentik. Nama asingnya rodent tuber.

B. SIFAT KIMIA
            Tumbuhan ini kandungan kimianya belum banyak diketahui atau tidak dipublikasikan.

C. EFEK FARMAKOLOGIS
            Hasil penelitian dari berbagai lembaga penelitian dan perguruan tinggi di Malaysia dan beberapa negara menunjukan bahwa sari tanaman (jus) ini dapat menghancurkan sel kanker. Menghilangkan efek buruk kemoterapi, bersifat antivirus, dan antibakteri.
            Berdasarkan penelitian bahwa ekstrak tanaman keladi tikus dan campuran bahan alami lainnya membantu detoksifikasi jaringan darah. Ramuan ini akan semakin baik bila diberikan bersama-sama dengan bahan herba lain, seperti sambiloto, temu putih, dan rumput mutiara. Ramuan ini mengandung ribosome inacting protein (RIP), zat antioksidan dan zat antikurmin. Kombinasi ketiga zat dalam campuran ramuan tersebut memproduksi mediator yang menstimulasi penguatan sel dalam sistem kekebalan tubuh untuk memberantas sel kanker.

D. BAGIAN TANAMAN YANG DIGUNAKAN
            Efek farmakologi ini diperoleh dari penggunaan umbi dan seluruh tanaman, dari daun sampai akar. Terbaik digunakan dalam keadaan segar, baik dalam bentuk jus (sari tanaman) maupun langsung sesudah diolah.

E. PANASEA DAN CARA PENGGUNAAN
1. Koreng
            Umbi keladi tikus secukupnya ditumbuk halus, lalu tempelkan ke tempat yang sakit.
2. Frambusia
            Umbi keladi tikus secukupnya di tumbuk halus, lalu tempelkan ke tempat yang sakit.
3. Kanker Payudara, Kanker Paru-paru, Kanker Usus Besar, Kanker Rektum, Kanker Tenggorokan, Kanker Tulang, Kanker Otak, Kanker Limpa, Kanker Leukimia, Kanker Empedu, dan Kanker Pankreas
             Tanaman kedai tikus yang lengkap sebanyak 3 batang atau sekitar 50 gram, direndam selama setengah jam, lalu dicuci bersih dan ditumbuk halus. Kemudian peras dengan kain, dan tambahkan setengah sendok madu ke air perasan. Air perasan harus segera diminu. Diminum 3 kali sehari, dan tidak boleh disimpan untuk diminum selanjutnya.
4. Menetralisasi Racun Narkoba
            Umbi keladi tikus sebesar ujung jari dicuci bersih dengan air matang, dikeprek dan ditelan. Lakukan beberapa kali sehari. (Cara penggunaan ini berdasarkan informasi lisan dari seorang pemakai).

F. CATATAN
1. Wanita hamil dilarang menggunakan obat ini.
2. Tanaman keladi tikus ditumbuk bukan diblender.
3. Jika tangan menjadi gatal, cuci dengan air gula.
4. Waktu menumbuk, hati-hati jangan kena mata.
5. Air sari keladi tikus harus diminum segar, tidak boleh disimpan.
6. Tanaman keladi tikus mudah busuk jika basah, jadi harus disimpan di kulkas. Cara menyimpan yaitu 3 tanaman digulung dengan kertas, masukkan ke dalam plastik, barulah disimpan di kulkas.
7. Minum keladi tikus waktu perut kosong, sekurang-kurangnya 1 jam sebelum makan.
8. Sesudah operasi tidak boleh langsung minum keladi  tikus, tunggu 2 minggu.
9. Dua hari pertama minum akan mual, sedikit diare, kotoran jadi hitam, dan lesu.
10.Kadang-kadang pasien muntah atau mual sesudah lama minum keladi tikus. Maka hentikan dulu sampai gejala hilang dan minum lagi, atau kurangi dosisnya.

G. KELADI TIKUS TERUJI ANTI LEUKIMIA
Dr Christiani Tumilisar MS dari Jurusan Biologi Universitas Negeri Jakarta membuktikan keampuhan keladi tikus mengatasi proliferasi atau pertumbuhan sel kanker. Dalam uji praklinis itu Christiani menggunakan sel kanker K-562 atau kanker darah putih alias leukemia. Bagian tanaman yang digunakan adalah umbi dan daun keladi tikus.
Mula-mula Christiani mencuci bersih daun dan umbi Typhonium flagelliforme. Ia memperoleh daun dan umbi dari tanaman yang dibudidayakan sendiri secara organik di Jelambar, Jakarta Barat. Umur tanaman 4 bulan. Setelah bersih, barulah Christiani mengeringanginkan bahan selama sepekan. Tujuan pengeringanginan agar kandungan air dalam daun dan umbi berkurang sehingga proses ekstraksi sempurna.
Doktor Biologi itu memblender keduanya secara terpisah. Ia mengekstraksi masing-masing 25 gram daun dan umbi dengan 200 ml etanol berkadar 96%. Uji fitokimia pada hasil ekstraksi itu bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa dalam keladi tikus. Hasilnya pada daun terbentuk warna kuning yang berarti mengandung kuinon, hijau (steroid), dan merah (triterpenoid). Sementara umbi mengandung selain steroid, triterpenoid, dan saponin. Untuk menghilangkan etanol digunakan evaporator vakum pada suhu 600C sampai pelarut tak lagi menetes.
Leukemia yang dalam bahasa Yunani berarti darah putih merupakan salah satu tipe kanker yang menyerang sel darah putih. Menurut dr Zen Djaja di Malang, Jawa Timur, pembelahan leukosit alias sel darah putih yang tak terkendali menjadi pertanda leukemia. Dampaknya kadar hemoglobin alias sel darah merah anjlok di bawah kisaran normal, 10-12 mg/dl.
Padahal, sel darah merah ibarat gerbong kereta yang mengangkut karbondioksida dari sekujur tubuh ke paru-paru untuk dibersihkan. Darah merah mengangkut pula okisgen ke seluruh bagian tubuh. Bila pasokan oksigen berkurang, penderita leukemia merasa lemah, sulit bernapas, denyut jantung meningkat, dan pucat.
Sel darah putih yang tidak terkendali itu menjadi sel abnormal, tidak berfungsi, dan kemudian menjadi sel kanker. Menurut dr Henry Naland Sp.B Onk, dokter spesialis bedah onkologi di Jakarta, onkogen alias gen pembawa kanker di kromosom sel terdapat di hampir semua manusia. Kekebalan tubuh yang prima menjadi benteng untuk mencegah timbulnya kanker.
Namun, adanya zat karsinogen ‘membangunkan’ sel kanker yang tertidur menjadi sel ganas. Faktor-faktor pemicu timbulnya kanker antara lain makanan berkadar lemak tinggi, rokok, stres, keletihan fisik, pencemaran lingkungan, dan faktor keturunan. Prevalensi leukemia mencapai 1-2 orang per 100.000 penduduk. Henry mengatakan jika penderita leukemia tidak segera diobati, sebulan pascadiagnosis meninggal dunia.
Melalui riset in vitro, Christiani membuktikan bahwa pemberian ekstrak daun dan umbi keladitikus menghambat pertumbuhan sel kanker. Sebanyak 0,0001416 gram ekstrak daun keladitikus/ml darah menghambat 48,83% sel kanker. Semakin tinggi ekstrak daun diberikan, semakin tinggi kemampuan menghambat pertumbuhan sel kanker. Namun, pada dosis tertentu kemampuan penghambatan ekstrak daun justru menurun. Pada umbi semakin tinggi konsentrasi, kian tinggi pula kemampuan menghambat pertumbuhan sel kanker.
Menurut Christiani, kemampuan ekstrak daun menghambat mengganasnya sang kanker karena kandungan senyawa golongan steroid, kuinon, dan triterpenoid. “Steroid dan triterpenoid berefek antiinflamasi, analgesik, dan sitotoksik,” tutur doktor alumnus Institut Pertanian Bogor itu. Senyawa itu juga mempunyai aktivitas antibakteri dan antivirus.
Triterpenoid bekerja dengan menghambat kerja enzim DNA topoisomerasie. Enzim itu berperan dalam proses replikasi dan proliferasi sel kanker. Terhentinya enzim itu bekerja membuat proses dalam sel terhenti dan menyebabkan kematian sel kanker. Lina Mardiana, herbalis di Yogyakarta, dan Maria Andjarwati, herbalis di Jakarta, mengatakan daun dan umbi keladitikus selama ini telah dimanfaatkan sebagai pengobatan kanker, termasuk kanker darah. Hasil riset Christiani meneguhkan bahwa keladitikus antikanker leukemia.

H. KELADI TIKUS SEBAGAI IMMUNOMODULATOR
Hasil penelitian di Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi UGM oleh Arief Nurrochmad, M.Si, M.Sc., Apt., Ph.D dan koleganya menunjukkan bahwa ekstrak etanolik keladi tikus memiliki efek sitotoksik terhadap sel T47D. Penelitian lanjutan juga dilakukan terhadap efek immunomodulatornya akibat penggunaan obat kemoterapi cyclophosphamide (CPA) pada tikus. Di dalam sistem imunologi limfosit diketahui memiliki kemampuan untuk membedakan benda asing dari jaringannya sendiri, karena memiliki reseptor di permukaan sel, Toll Receptor Cell (TCR). Sedangkan limfosit T (Sel T) berfungsi membantu sel B dalam memproduksi antibodi, mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi, mengaktifkan makrofag dalam fagositosis dan mengontrol ambang dan kualitas sistem imun. Hasil pemberian ekstrak keladi tikus terbukti meningkatkan kembali tingkat proliferasi limfosit akibat pemberian CPA. Selanjutnya pada penelitian ini juga diteliti efek keladi tikus terhadap aktivitas makrofag. Makrofag merupakan salah satu efektor yang berperanan untuk mengeliminasi parasit melalui mekanisme fagositosis pada sistem imun tak spesifik. Aktivitas makrofag dapat ditingkatkan dengan agen imunostimulansia, baik berupa vaksin maupun senyawa kimia termasuk senyawa dari bahan alam. Pemberian keladi tikus, terbukti secara bermakna meningkatkan jumlah dan aktivitas makrofag dalam memfagositosis lateks. Kami juga meneliti efek imunomodulator keladi tikus terhadap profil CD8. Terbukti keladi tikus juga secara bermakna mampu meningkatkan kembali persen CD8 relatif pada tikus-terinduksi CPA. Hasil penelitian pada sitokin menunjukkan bahwa pemberian CPA juga menekan secara signifikan terhadap level TNF-α dan IL-1α dan tidak untuk IL-10.
Secara keseluruhan hasil penelitian kami menunjukkan bahwa efek imunosupresan yang diinduksi oleg CPA dapat secara efektif dikurangi dengan pemberian keladi tikus. Efek immunomodulator ini, paling tidak melalui mekanisme rekutment sel T dan sitokin atau meningkatkan aktivitasnya.  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak KT memiliki efek imunomodulator terhadap CPA yang sekaligus dapat mengurangi efek samping kemoterapi sehingga dapat digunakan sebagai agen pendamping kemoterapi pada pendeita kanker.



I. UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL UMBI  KELADI TIKUS TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA
Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 50 % Umbi Keladi Tikus (Thyphonium flagelliforme (Lood) BI) terhadap Sel Kanker Payudara (MCF -7 Cell line) secara In Vitro Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Badan Litbang Kesehatan
Kanker payudara merupakan jenis kanker kedua terbanyak pada wanita di seluruh dunia, dan di Indonesia kanker payudara paling sering ditemukan setelah kanker mulut rahim. Penelitian di Jakarta Breast Center pada bulan April 2001 sampai dengan 2003 menunjukkan bahwa dari 2834 orang yang memeriksakan benjolan di payudaranya 364 orang (13%) terdiagnosa kanker payudara. Penyebab langsung terjadinya kanker payudara belum dapat dibuktikan. Pengobatan kanker seperti pemberian obat antikanker dan operasi sangat mahal. Selain itu tidak jarang pasien tidak berhasil lepas dari cengkeraman kanker meskipun sudah melakukan berbagai usaha pengobatan medis. Biasanya ditengah keputuaasaan muncul secercah harapan baru, yakni beralih kepengobatan tradisional.
Umbi keladi tikus (Thyphonium flagelliforme (Lood) BI) merupakan salah satu tanaman yang digunakan untuk mengobati penyakit kanker karena dalam tumbuhan ini mengandung alkaloid, triterpenoid dan lignan (polyfenol) dan secara empiris dapat digunakan untuk mengobati kanker terutama kanker payudara. Dalam rangka pencarian obat baru, maka dilakukan pengujian bioassay secara in-vitro dengan menggunakan sel kanker yang dibiakkan dalam kultur jaringan. Adapun sel kanker payudara yang digunakan adalah sel MCF-7 dan sel Hela.
Untuk mengetahui efektivitas umbi keladi tikus terhadap sel MCF-7, umbi Keladi tikus segar diekstraksi secara maserasi menggunakan pelarut etanol 50 %. Ekstrak kasar yang dihasilkan ditimbang sebanyak 20 mg dan dilarutkan dalam 1 ml DMSO. Sel MCF 7 yang telah dikultur kemudian diencerkan dengan medium DMEM dan dimasukkan kedalam masing-masing well sebanyak 100 ul, kemudian ditambah sampel uji ke dalam masing-masing well sebanyak 100 ul dengan konsentrasi 50, 75, 100, 125, dan 150 ug/ml. Sampel uji dalam medium DMEM diinkubasikan selama 24 jam di dalam inkubator CO2 pada suhu 370C dan setelah 24 jam baru diamati. Penelitian ini menggunakan 5 konsentrasi dengan 3 pengulangan menggunakan DSMO sebagai kontrol negatif.
Hasil uji statistik menggunakan regresi linier menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara prosentase kematian sel MCF 7 dengan konsentrasi ekstrak umbi keladi tikus karena koefisien korelasi yang didapat sekitar 0,993. Ekstrak etanol 50 % umbi keladi tikus pada konsentrasi 89,15 ug/nl dapat menghambat 50 % proliferasi sel MCF 7 (IC90).

J. CONTOH GAMBAR KELADI TIKUS
download (6).jpgdownload.jpg 












K. CONTOH PRODUK KELADI TIKUS
Selayang Pandang Kapsul Ekstrak Keladi Tikus "Keladikaps" (Kanker, Tumor)
Nama Produk
250_images_keladikaps.jpgKapsul Ekstrak Keladi Tikus “Keladikaps” (Kanker Tumor)
 Kode Produk
252
Kategori
Keladi Tikus
Berat dengan packing
0,08 kg
Harga
Rp 47.500
Info Detail
Volume (isi)
60 Kapsul
Izin Depkes RI
POM TR 103 310 201
Produsen/Merk
UD. RAHMASARI distributed by TAZAKKA

Deskripsi Selayang Pandang Kapsul Ekstrak Keladi Tikus "Keladikaps" (Kanker, Tumor)
Tumbuhan keladi tikus mempunyai nama latin Typhonium flagelliforme (Lodd). Termasuk yang punya nama asing rudent tuber ini, telah digunakan oleh penduduk negeri tetangga kita, Malaysia, sebagai obat penyakit kanker. Hasil penelitian dari berbagai lembaga dan perguruan tinggi di Malaysia dan beberapa negara menunjukkan bahwa sari tanaman (juice) ini dapat menghancurkan sel kanker. Secara umum hasil penelitian menunjukkan efek membunuh/menghambat pertumbuhan sel kanker, menghilangkan efek buruk khemoterapi dan bersifat anti virus dan anti bakteri.
Kandungan kimiawi tanaman ini belum banyak diketahui atau belum dipublikasikan. Namun berdasarkan literatur yang mencatat hasil penelitian dan pengalaman secara turun temurun dari berbagai negara dan daerah, tanaman ini dapat menyembuhkan penyakit kanker payudara, paru-paru, usus besar, rectum, lever, prostat, ginjal, leher rahim, tenggorokan, tulang, otak, limpa, leukimia, empedu dan pankreas. Dan berdasarkan informasi pengalaman dari pemakai, herbal ini bisa digunakan untuk menetralisir racun narkoba.

Komposisi:
Tiap Kapsul mengandung ekstrak yang setara dengan 1.5 gram simplisia Typhonium flagelliforme Rhizoma (umbi keladi tikus)

Khasiat : Secara tradisional digunakan pada penderita kanker

Aturan Pakai : Diminum 2 x sehari pagi dan sore hari 2 kapsul

Notes:
·         Wanita hamil dilarang minum obat ini.
  • Setelah operasi tidak boleh langsung minum keladi tikus, tunggu 2 minggu.
  • Dua hari pertama setelah minum mungkin akan mual, sedikti diare, kotoran hitam, dan lesu. Kadang-kadang muntah atau mual sesudah lama minum keladi tikus, hentikan dulu atau kurangi.


DAFTAR PUSTAKA

1.       Cancer, Yet They Livel, Prof. Chris K. H. Teo & Ch'ng Beng Im-Teo, Cancer Care, Malaysia, 1999.
2.      Naskah printing internet dari Maretty Judyana (NMP/Jakarta) kepada Sunaryo Sonny (NMP/Jakarta) Dkk, tanggal 12 Juli 2000.
3.      Medicinal Herb in Indonesia, PT. Eisi Indonesia, Jakarta 1995, Nomer Tanaman 2151.
4.      Trubus-Online
5.      Choo CY, Chan KL, Sam TW, Hitotsuyanagi Y, and Takeya K, 2001, The cytotoxicity and chemical constituents of the hexane fraction of Typonium flagelliforme (Araceae). J Ethnopharmacol 77: 129-131.
6.      Lai CS, Mas RH, Nair NK, Majid MI, Mansor SM, and Navaratnam V, 2008, Typonium flagelliforme inhibits cancer cell growth in vitro and induced apoptosis: an evaluation by the bioactivity guided approach. J. Ethnopharmacol. 118: 14-20.
7.      Lai CS, Mas RH, Nair NK, Mansor SM, and Navaratnam V, 2010, Chemical constituents and in vitro anti cancer activity of Thyponium flagelliformae (Araceae). J Ethnopharmacol 127: 486-494.
8.      Nurrochmad A, Lukitaningsih E, and Meiyanto E, 2011, Anti cancer activity of rodent tuber (Thyphonium flagelliforme (lodd.) Blume on human breast cancer T47D cells. Int J Phytomedicine 3: 138-146.
9.       resep.web.id



0 komentar: